Minggu, 07 April 2013

Mengatasi Sembelit secara Alami


Konstipasi atau sembelit hampir pernah dialami oleh setiap orang. Banyak yang menyangka kalau sembelit hanya terjadi pada orang yang buang air besar (BAB) tidak teratur alias tidak setiap hari. Padahal, sebenarnya tidak ada aturan pasti berapa kali orang harus BAB dalam setiap minggu atau setiap hari. Banyak faktor yang dapat menyebabkan sembelit. Diet makanan yang kurang serat, minum, olahraga, serta ketergantungan pada obat pencahar, stroke, dan masalah pada usus besar, semua bisa jadi sebab. Beberapa jenis obat-obatan juga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya sembelit. Termasuk obat golongan narkotika, antasid yang mengandung aluminium dan kalsium, obat hipertensi, antidepresan, suplemen zat besi, antiparkinson, dan antisesak.
Penggunaan obat pencahar secara terus menerus untuk mengatasi sembelit sangat tidak dianjurkan. Selain membuat Anda menjadi tergantung dengan obat tersebut, efek yang terjadi dalam tubuh juga tidak baik. Sebab, usus tidak dirangsang untuk bekerja sendiri. Nah, bila Anda mengalami sembelit, cobalah untuk minum air putih dalam jumlah banyak, 2-4 gelas. Anda juga bisa mengonsumsi pepaya. Sebab, pepaya mengandung papain yang dapat melunakkan feses. Kalau cara tersebut tidak berhasil, Anda juga masih bisa mencoba beberapa ramuan yang ditemukan ahli tanaman obat di bawah ini : 

1. Daun wungu (Graptophyllum pictum (L). Griff) 
Daun wungu (atau pada beberapa literatur disebut dengan daun ungu) mengandung alkaloid non toksik, glikosod, steroid, saponin, tanin dan lendir. Saponin inilah yang mempunyai efek sebagai pencahar ringan (mild laxative).
Cara memanfaatkannya : Daun wungu segar tujuh lembar, rebus dengan dua gelas air hingga jadi satu gelas. Saring kemudian minum.

2. Kejibeling (Strobilanthes crispus Bl) 
Kejibeling mengandung berbagai bahan kimia seperti kalium, asam silikat, natrium, kalsium, serta beberapa senyawa lain. Di samping itu, kejibeling mempunyai efek pencahar dan diuretik, sehingga baik untuk penderita sembelit.
Cara memanfaatkannya : Setengah genggam daun keji beling segar dicuci hingga bersih. Kemudian rebus dengan dua gelas air sampai tersisa satu gelas. Saring dan minum.

3. Ketepeng Cina (Cassia alata L.) 
Daun ketepeng cina mengandung zat samak serta bersifat sebagai laksatif. Selain itu, tanaman ini juga memiliki rasa pedas, hangat, insektisidal, obat cacing, obat kelainan kulit yang disebabkan oleh parasit kulit. Efek farmakologi terutama didapat dari daunnya. 
Cara memanfaatkannya : Daun ketepeng cina muda dan segar sebanyak tujuh lembar dididihkan dengan dua gelas air hingga tersisa satu gelas. Angkat, saring, dan minum.

4. Lidah buaya (Aloe vera) 
Selain bermanfaat untuk rambut dan mengobati luka, lidah buaya juga berfungsi sebagai pencahar. Getah daun lidah buaya merupakan perantara pembersih yang cukup kuat. Namun, kandungan pencahar yang cukup kuat pada lidah buaya, anthraquinone, terkadang dapat menimbulkan diare dan kram usus. Itu sebabnya, harus digunakan dengan hati-hati. Ada baiknya melakukan konsultasi dengan ahli herbal atau naturopati.
Selain itu, lidah buaya kaya dengan kandungan kimia seperti aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, dan aloesin.
Cara memanfaatkannya : Separuh batang lidah buaya dicuci hingga bersih. Kemudian buang kulitnya. Isinya lantas dicincang, seduh dengan setengah cangkir air panas. Tambahkan satu sendok makan madu. Selagi hangat dimakan dua kali sehari. Catatan: Ramuan tersebut tidak diperuntukkan bagi wanita hamil, haid, dan penderita diare.

5. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) 
Buah mengkudu disebut sebagai buah ajaib. Sebab, banyak khasiat yang bisa didapat dari mengkudu atau buah pace ini. Buah mengkudu mengandung alkaloid triterpenoid. Selain itu. mengkudu juga mengandung morindon yang merupakan zat warna merah dan berkhasiat sebagai pencahar.
Cara memanfaatkannya : Dua buah mengkudu masak dicuci dan parut. Tambahkan sedikit garam. Aduk hingga rata. Lalu peras dengan kain. Minum dua kali sehari.

6. Temulawak (Curcuma xanthorriza) 
Tanaman yang termasuk dalam keluarga Zingiberaceae ini mempunyai sifat agak pahit, antisembelit, antiradang, tonikum, diuretik, dan bakteriostatik. Efek tersebut didapat dari penggunaan rimpang, baik segar maupun dikeringkan.
Cara memanfaatkannya : Rimpang temulawak digiling halus bersama biji sesawi. Beri sedikit air. Peras, kemudian airnya diminum.
Atau, rimpang temulawak diiris ditambah dengan asam jawa dan gula jawa. Setelah itu tuangkan air mendidih, saring. Airnya kemudian diminum.

Catatan: Jika Anda mengalami sembelit secara terus menerus, ada baiknya untuk memeriksakan diri ke dokter.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


         STBM adalah pendekatan dengan proses fasilitasi yang sedehana yang dapat merubah sikap lama, kewajiban sanitasi menjadi tanggung jawab masyarakat. Dengan satu kepercayaan bahwa kondisi bersih, nyaman dan sehat adalah kebutuhan alami manusia. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya. Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman ditimbulkan. Dari pendekatan ini juga ditimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebisaan BAB disembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama.
      Ciri utama dari pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap infrastruktur (jamban keluarga) dan tidak menetapkan blue print jamban yang nantinya akan dibangun oleh masyarakat. Pada dasarnya STBM adalah “pemberdayaan” dan “tidak membicarakan masalah subsidi”. Artinya, masyarakat yang dijadikan “guru” dengan tidak memberikan subsidi sama sekali. Sanitasi Total yang dipimpin oleh Masyarakat (STBM/Community Lead Total Sanitation) melibatkan fasilitasi atas suatu proses untuk menyemangati serta memberdayakan masyarakat setempat untuk menghentikan buang air besar di tempat terbuka dan membangun serta menggunakan jamban. Melalui penggunaan metode PRA para anggota masyarakat menganalisa profil sanitasinya masing-masing termasuk luasnya buang air besar di tempat terbuka serta penyebaran kontaminasi dari kotoran-ke-
mulut yang mempengaruhi dan memperburuk keadaan setiap orang. Pendekatan STBM menimbulkan perasaan jijik dan malu di antara masyarakat. Secara kolektif mereka menyadari dampak buruk dari buang air besar di tempat terbuka: bahwa mereka akan selamanya saling memakan kotorannya masing-masing apabila buang air besar di tempat terbuka masih berlangsung. Kesadaran ini menggerakkan mereka untuk memprakarsai tindakan lokal secara kolektif guna memperbaiki keadaan sanitasi di dalam komunitas. Apabila difasilitasi secara benar, STBM dapat memicu tindakan lokal yang dipimpin oleh masyarakat untuk secara tuntas menghentikan buang air besar di tempat terbuka, dan tanpa program sanitasi eksternal yang menyediakan subsidi atau petunjuk untuk model jamban.  Sekali tersulut, STBM akan memicu tindakan yang spontan dan komunitas akan mulai menggali lobang-lobang untuk pembuatan lubang pembuangan jamban yang dibuat sendiri. Keluarga-keluarga mulai memasang jamban yang masih berada dalam batas kemampuannya, atau bersama-sama memakai jamban komunitas untuk mencapai desa yang bebas 100% dari buang air besar di tempat terbuka. Sekali tercapai, komunitas dengan bangga akan memasang papan pengumuman di jalan masuk ke desa bahwa desanya telah bebas dari buang air besar di tempat terbuka dan orang lainpun tidak diperbolehkan melakukan demikian di desa mereka.
Prinsip yang paling penting dalam pelaksanaan STBM adalah sebagai berikut :

a.  Tanpa subsidi kepada masyarakat
b.  Tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan jamban
c.  Masyarakat sebagai pemimpin
d.  Totalitas; seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan - perencanaan –
     pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan

untuk lebih jelasnya klik di sini



Sabtu, 06 April 2013

MDGs Tahun 2015 Bidang Kesehatan




   MDGs merupakan suatu instrument yang sangat mempermudah pemerintah dalam penargetan peningkatan kesejahteraan rakyat.  Keberhasilan dalam pencapaian MDGs di Indonesia tergantung pada pencapaian tata pemerintahan yang baik, kemitraan yang produktif pada semua tingkat masyarakat dan penerapan pendekatan yang komprehensif untuk mencapai pertumbuhan yang pro-masyarakat miskin, meningkatkan pelayanan publik, memperbaiki koordinasi antar pemangku kepentingan, meningkatkan alokasi sumber daya, pendekatan desentralisasi untuk mengurangi disparitas serta memberdayakan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
         Selain pemerintah, masyarakat juga harus berperan dalam pencapaian MDGs ini. Justru masyarakatlah yang menjadi pemeran penting dalam tercapainya kesejahteraan rakyat. Tanpa sikap pro-aktif dari masyarakat, segala macam upaya pemerintah Indonesia tidak akan menjadi hasil yang maksimal.
MDGs 2015 untuk bidang Kesehatan ada 5 item MDGs yaitu MDGs 1, 4, 5, 6 dan 7 sebagai berikut
MDGs 1 : Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
MDGs 4 : Menurunkan Angka Kematian Anak
MDGs 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu
MDGs 6 : Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya
MDGs 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

        Pemberlakuan system desentralisasi di Indonesia bisa menjadi pendukung atau justru penghambat untuk peningkatan kesejahteraan Indonesia. Pemerintah harus jeli dalam pembagian kewenangan dan kekuasaan pemerintah pusat dan daerah. Desentralisasi akan jadi penghambat ketika terjadi moral hazard (misalnya korupsi) akibat birokrasi yang panjang dan berbelit-belit. Namun, desentralisasi juga bisa menjadi pendukung akselerasi pencapaian MDGs yang akurat karena pemerintah daerah lebih mengerti kebutuhan daerahnya daripada pemerintah pusat.
          Maka dari itu, secara keseluruhan, perlu optimisme, sikap pro-aktif, dan sinergisitas antara pemerintah dan masyarakat sehingga MDGs bisa tercapai. Sinergisitas juga harus terjalin antara pemerintah pusat dan daerah sehingga sasaran MDGs semakin tepat.

UKGS di Sekolah Dasar Wilker PKM Poto Tano


UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) merupakan usaha meningkatkan kesehatan gigi siswa di sekolah. kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi. Kegiatan UKGS yang diprogramkan oleh petugas kesehatan gigi dari pukesmas Poto Tano dilakukan dengan cara langsung turun ke sekolah dasar (SD) yang ada diwilayah kerja Puskesmas Poto Tano. Kegiatan yang dilakukan yaitu :


  1. Penyuluhan tentang pentingnya menyikat gigi
  2. Pemeriksaan kesehatan gigi siswa
  3. Demo cara sikat gigi yang benar
  4. Pelaksanaan sikat gigi masal oleh siswa SD
Diharapkan kegiatan ini bisa memberikan pengetahuan kepada siswa dalam menjaga kesehatan gigi mereka sehingga dapat mencegah kerusakan gigi sejak dini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...